Posted by : Unknown
27 Nov 2013
Novel Sang Pemimpi : Karya Andrea Hirata
Novel ini adalah novel kedua dari tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata. Sang Pemimpi adalah
sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya
percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan,
selin itu juga memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea berkelana
menerobos sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan pandangan
yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan
yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Selayaknya
kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan
karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret
kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus
namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Tiga orang pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan Main,
di sinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal
salah satu dari anggota Laskar Pelangi
dan Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu
sejak SD dan tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri
oleh Ayah dan Ibu Ikal, dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim
piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak
memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim
yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si
penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari
160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar.
Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka
tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi
yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka
terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu
meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai
pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah
perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan
impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup
untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya.
Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di
Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi
tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan
Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama
mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk
bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan
tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang
Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun
berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah
lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu
pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan
untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu
terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya
berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang
sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai,
siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam
wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua
dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat.
Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah
direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas
Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal,
proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan
teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada
surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman penerima
Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua
orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang
sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun Ikal,
keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka,
hasilnya adalah Ikal diterima di Perguruan tinggi Sorbone, Prancis.
Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari
mimpi-mimpi mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang
sama. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Di sinilah perjuangan dari
mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.